Hary Tanoe Mulai Dikutuk Petinggi Hanura Karena Targetnya Meleset

Admin | Selasa, April 15, 2014 |

Hasil pengumpulan suara parpol pada Pileg 9 April 2014 boleh dikata lebih banyak mengecewakan petinggi parpol peserta Pemilu.

Yang merasa untung hanya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) pimpinin Muhaimin Iskandar karena perolehan suaranya melonjak mencapai 9.20 %, pada Pemilu 2009 angka PKB 4.94%. 

Situasi dan kondisi internal parpol yang cukup tegang saat ini termasuk di Partai Hanura pimpinan Wiranto. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, ternyata cukup banyak kader Partai Hati Nurani Rakyat marah dan tidak puas. 

Kemarahan dan ketidak puasan  itu ditujukan kepada kinerja Ketua Badan Pemenangan Pemilu Hanura HT (Hary Tanoesoedibjo). Mereka menilai Hary gagal meningkatkan perolehan suara Hanura pada Pemilu Legislatif 2014. Pada Pileg 2014, Hanura hanya bisa meraih suara  5.40%. Sedangkan pada Pemilu 2009 suara Hanura 3.77%. Karena itu, kinerja Hary akan dievaluasi. 

Yang paling kecewa dan marah besar adalah Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier”. Dengan tegas mantan Menteri Keuangan di era Soeharto itu mengatakan, “kehadiran HT  di Hanura tidak mampu menambah banyak suara. Hanura tidak dapat apa-apa”. Kata Fuad.menyesalkan. 

“Akan tetapi”, lanjut Fuad. “HT sudah dapat status cawapres Hanura. Kemana – mana diperlakukan istimewa”. Fuad Bawazier dengan lirih mengatakan, ”ini adalah pengalaman tragis buat Hanura,”, kata  Fuad Bawazier kepada media di Jakarta, Jumat (11/04). 

Seperti diketahui, sejak awal salah satu pendiri Partai Hanura, Fuad Bawazier, menentang keras deklarasi Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo sebagai calon presiden dan wakil presiden partai itu. Ada beberapa alasan mengapa Fuad menentang keras pendeklarasian itu. 

Fuad mengatakan, pendeklarasian tersebut tak sesuai dengan AD/ART Partai Hanura di mana keputusan penting dan strategis harus melalui Rapat Pimpinan Nasional. “Penetapan HT (Hary Tanoe) sebagai cawapres jelas termasuk keputusan strategis yang harus diputuskan di tingkat Rapimnas,” kata Fuad, Kamis 4 Juli 2013 setahun yang lalu. 

Selain itu, keputusan memasang capres-cawapres dari satu partai yang sama, juga tak lazim. Apalagi Hanura merupakan parpol kecil, sementara syarat bagi parpol untuk bisa mengajukan calon presiden-wakil presiden sendiri harus terlebih dulu meraih 20 persen suara nasional dalam pemilu legislatif. “Jadi jika tidak penuhi syarat harus koalisi dengan parpol lain,” tegas  Fuad. 

Hary dinilai Fuad tidak berpengalaman memimpin Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) dan kurang komunikatif dengan struktur partai di bawah. Hary dinilai lebih berpihak kepada calon anggota legislatif dari ormas yang diketuainya. 

Kemarahan kader Hanura, Fuad melanjutkan, bertambah karena uang saksi di setiap tempat pemungutan suara yang dijanjikan Hary ternyata tidak cair. Kondisi ini membuat pusing caleg dan pengurus Hanura di provinsi dan kabupaten/kota. 

Sekretaris Jenderal Hanura Dossy Iskandar Prasetyo juga mengatakan, peran Hary akan menjadi salah satu yang dievaluasi Hanura paska penghitungan suara pemilu legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum. ”HT memang gagal meningkatkan suara Hanura sehingga target semula lebih dari 10 persen tak tercapai. Di sisi lain, masuknya HT telah menyosialisasikan Hanura sampai ke masyarakat tingkat terbawah,” kata Dossy. 

Hary mulai bergabung dengan Hanura sejak 17 Februari 2013 setelah pergi dari Partai Nasional Demokrat pimpinan Surya Paloh. Tak hanya diusung sebagai cawapres Hanura mendampingi Ketua Umum Hanura Wiranto, Hary juga menjadi Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua Bappilu Hanura. [suaranews]








Sumber: baratamedia
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Guru Tomo | Guru Tomo
Copyright © 12.12.2013. gurutomo - All Rights Reserved
Modifikasi by Creating Website Published by Guru Tomo
Proudly powered by Blogger