Hasil pengumpulan suara parpol pada Pileg 9 April 2014 boleh dikata lebih banyak mengecewakan petinggi parpol peserta Pemilu.
Yang merasa untung hanya PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) pimpinin Muhaimin Iskandar karena perolehan suaranya melonjak mencapai 9.20 %, pada Pemilu 2009 angka PKB 4.94%.
Situasi dan kondisi internal parpol yang
cukup tegang saat ini termasuk di Partai Hanura pimpinan Wiranto.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, ternyata cukup banyak kader
Partai Hati Nurani Rakyat marah dan tidak puas.
Kemarahan dan
ketidak puasan itu ditujukan kepada kinerja Ketua Badan Pemenangan
Pemilu Hanura HT (Hary Tanoesoedibjo). Mereka menilai Hary gagal
meningkatkan perolehan suara Hanura pada Pemilu Legislatif 2014. Pada
Pileg 2014, Hanura hanya bisa meraih suara 5.40%. Sedangkan pada Pemilu
2009 suara Hanura 3.77%. Karena itu, kinerja Hary akan dievaluasi.
Yang
paling kecewa dan marah besar adalah Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier”.
Dengan tegas mantan Menteri Keuangan di era Soeharto itu mengatakan,
“kehadiran HT di Hanura tidak mampu menambah banyak suara. Hanura tidak
dapat apa-apa”. Kata Fuad.menyesalkan.
“Akan tetapi”, lanjut
Fuad. “HT sudah dapat status cawapres Hanura. Kemana – mana diperlakukan
istimewa”. Fuad Bawazier dengan lirih mengatakan, ”ini adalah
pengalaman tragis buat Hanura,”, kata Fuad Bawazier kepada media di
Jakarta, Jumat (11/04).
Seperti diketahui, sejak awal salah
satu pendiri Partai Hanura, Fuad Bawazier, menentang keras deklarasi
Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo sebagai calon presiden dan wakil presiden
partai itu. Ada beberapa alasan mengapa Fuad menentang keras
pendeklarasian itu.
Fuad mengatakan, pendeklarasian tersebut tak sesuai dengan AD/ART Partai
Hanura di mana keputusan penting dan strategis harus melalui Rapat
Pimpinan Nasional. “Penetapan HT (Hary Tanoe) sebagai cawapres jelas
termasuk keputusan strategis yang harus diputuskan di tingkat Rapimnas,”
kata Fuad, Kamis 4 Juli 2013 setahun yang lalu.
Selain itu,
keputusan memasang capres-cawapres dari satu partai yang sama, juga tak
lazim. Apalagi Hanura merupakan parpol kecil, sementara syarat bagi
parpol untuk bisa mengajukan calon presiden-wakil presiden sendiri harus
terlebih dulu meraih 20 persen suara nasional dalam pemilu legislatif.
“Jadi jika tidak penuhi syarat harus koalisi dengan parpol lain,” tegas
Fuad.
Hary dinilai Fuad tidak berpengalaman memimpin Badan
Pemenangan Pemilu (Bappilu) dan kurang komunikatif dengan struktur
partai di bawah. Hary dinilai lebih berpihak kepada calon anggota
legislatif dari ormas yang diketuainya.
Kemarahan kader Hanura,
Fuad melanjutkan, bertambah karena uang saksi di setiap tempat
pemungutan suara yang dijanjikan Hary ternyata tidak cair. Kondisi ini
membuat pusing caleg dan pengurus Hanura di provinsi dan kabupaten/kota.
Sekretaris Jenderal Hanura Dossy Iskandar Prasetyo juga
mengatakan, peran Hary akan menjadi salah satu yang dievaluasi Hanura
paska penghitungan suara pemilu legislatif oleh Komisi Pemilihan Umum.
”HT memang gagal meningkatkan suara Hanura sehingga target semula lebih
dari 10 persen tak tercapai. Di sisi lain, masuknya HT telah
menyosialisasikan Hanura sampai ke masyarakat tingkat terbawah,” kata
Dossy.
Hary mulai bergabung dengan Hanura sejak 17 Februari
2013 setelah pergi dari Partai Nasional Demokrat pimpinan Surya Paloh.
Tak hanya diusung sebagai cawapres Hanura mendampingi Ketua Umum Hanura
Wiranto, Hary juga menjadi Ketua Dewan Pertimbangan dan Ketua Bappilu
Hanura. [suaranews]
Posting Komentar