DINASTY ABBASIYAH -Kemajuan dan Kemunduran-

Admin | Kamis, Desember 19, 2013 |
DINASTI  ABBASIYAH
(KEMAJUAN DAN KEMUNDURANNYA)

Makalah disajikan dalam Forum Diskusi Kelas
Pada Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam


Oleh
Rustomo, S.Pd
NIM: 12.0212.0996




Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Akh. Fauzi Aseri, MA




 


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI
PROGRAM PASCA SARJANA
MANAGEMENT PENDIDIKAN ISLAM
BANJARMASIN
2012.
 





DINASTY ABBASIYAH
(Kemajuan dan Kemunduran)

BAB I

PENDAHULUAN

Setelah kejatuhan Dinasti Umayyah, kekuasaan berpindah kepada Bani Abbasiyah. Untuk pertama kalinya dinasti ini dipimpin oleh para Khalifah yang cerdas dan kuat, seperti al-Mansur, al-Rasyid dan al-Ma’mun, sehingga dinasti ini mampu bertahan selama berabad-abad.
Dinasti Abbasiyah mewarisi wilayah kekuasaan dari Bani Umayah yang sangat luas. Perluasan wilayah pada masa Umayyah ini, menjadi salah satu embrio perkembangan peradaban Islam pada masa dinasti ini. Dinasti Abbasiyah telah melewati fase-fase sejarah dan mengukir nama dalam lembaran sejarah sebagai dinasti yang telah membawa dunia Islam ke era keemasan.  Pada era ini kemajuan di bidang ekonomi, politik, sosial, militer dan ilmu pengetahuan berhasil diraih. Islam benar-benar berada pada puncak kemuliaan, kekayaan, kemajuan, kekuasaan serta peradaban yang sangat tinggi.  Kemajuan Peradaban Abbasiyah sebagiannya disebabkan oleh stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi kerajaan ini, pusat kekuasaan Abbasiyah berada di Baghdad.
Diawali dengan jatuhnya Bani Umayyah dan dilanjutkan dengan Bani Abbasiyah, maka dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas tentang kebangkitan Bani Abbasiyah, mulai dari sejarah berdirinya, masa pemerintahan dengan kemajuan dan kemunduran yang dialami dari Bani Abbasiyah.






BAB II
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH

Daulah Abbasiyah adalah daulat (Negara) yang melanjutkan kekuasaan Daulah Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Abbas (Bani Abbas), paman Nabi Muhammad SAW. Pendiri dinasti ini adalah Abu Abbas as-Saffah.  Sebelum Abbas memeluk agama Islam, pernah membantu Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Baitul Aqabah kedua, kemudian ia memeluk Islam menjelang Fathul Makkah serta rnenampakkan kegigihannya membela Islam dalam peperangan Hunain. Bani Abbas semula mendukung pengembalian khilafah kepada keturunan Ali. Sebagaimana diketahui khalifah pertama dari Daulah Bani Abbsyiah adalah Abdullah Abul Abbas as-Saffah, memerintah tahun 750-754 M, tetapi usaha dan klaim Bani Abbasiyiah untuk menduduki jabatan khalifah sebenarnya jauh sebelum masa hidup as-Saffah. Sebagian sejarawan mengatakan klaim itu sudah dimulai sejak masa hidup kakeknya bernama Ali bin Abdullah bin al-Abbas bin Abdul Muthalib.
Sejarah peralihan Kekuasaan dari Daulah Umayyah kepada Daulah Abbasiyah bermula ketika Bani Hasyim menuntut kepemimpinan lslam berada di tangan mereka karena mereka adalah keluarga Nabi SAW yang terdekat, tuntutan itu sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi baru menjelma menjadi gerakan ketika Bani Umayyah naik tahta dengan mengalahkan Ali bin Abi Thalib dan bersikap keras terhadap Bani Hasyim.
Propaganda Abbasiyah dimulai ketika Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) menjadi khalifah Daulah Umayyah. Umar memimpin dengan adil, ketentraman dan stabilitas negara memberi kesempatan kepada gerakan Abbasiyah untuk menyusun dan merencanakan gerakannya yang berpusat di al-Humaymah. Pemimpinnya waktu itu adalah Ali bin Abdullah bin Abbas, seorang zahid, dia kemudian digantikan oleh anaknya Muhammad yang memperluas gerakan. Dia menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan yaitu: al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi, Kufah sebagai kota penghubung, dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis.  Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah ini dapat dibagi atas beberapa periode berdasarkan ciri, pola perubahan struktur pemerintahan dan struktur sosial politik maupun tahap perkembangan peradaban yang telah dicapai, secara umum kekuasaan Dinasti Abbasiyah dapat dibagi atas 4 periode.

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

1. Periode Awal (132H/750 – 232H/847 M)
Masa ini diawali sejak Abu Abbas menjadi khalifah (132 H/750 M) dan berlangsung selama satu abad hingga meninggalnya khalifah Al-Wasiq (232 H/ 847 ), masa ini dianggap sebagai zaman keemasan Abbasyiah antara lain karena keberhasilannya dalam memperluas wilayah kekuasaan. Wilayah kekeuasaan periode ini membentang dari lautan atlantik hingga sungai Indus, dan dari Laut Kaspia hingga ke Sungai Nil.

2. Periode Lanjutan (232H/847M – 334H/945 M)
Periode ini djawali dengan meninggalnya al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihi bangkit memerintah (847 – 932 M). Sepeninggal al-Wasiq, al-Mutawakkil (847 – 861 M) naik menjadi khalifah. Masa ini ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki. Orang-orang Turki memegang jabatan penting di pemerintahan. Mereka semula dibawa oleh Khalifah al-Mu'tasim dan bermukim di Baghdad. Penduduk ibu kota umumnya tidak menyukai mereka sehingga al-Mu tasim memindahkan mereka ke sebuah kota yang sengaja dibangun buat mereka, yaitu kota Samarra, sebuah kota yang terletak disebelah utara Baghdad. Periode ini ditandai dengan persaingan antara kekuatan Militer di Baghdad dan militer di Samarra, bahkan antar kelompok dimasing-masing kota.

3.  Peniode Buwaihi (334H/945M -447H/1055 M)
Masa ini dimulai dengan bangkitnya Bani Buwaihi hingga rnunculnya Bani Saljuk. Kekuasaan buwaihi menyebar sampai ke Irak dan Persia Barat sementara itu, Persia Timur, Transoksania, dan Afganistan yang semula dibawah kekuasaan Dinasti Samaniyah, beralih kepada Dinasti Gaznawi. Kemudian sejak 869, Dinasti Fatimiah berdiri di Mesir. Untuk beberapa lama dinasti ini juga mengontrol sebagian besar wilayah Suriah dan seluruh wilayah di sebelah barat Mesir dan bahkan sebagian mereka mendirikan dinasti yang merdeka. Meskipun begitu Dinasti Buwaihi tetap cukup kuat dan berkuasa karena mereka masih mengusai Baghdad yang merupakan pusat Dunia Islam dan lokasi kediaman Khalifah Abbasiyah.

4.  Periode Saljuk (447H/1055M-590H/1258M)
Masa ini diawali ketika Suku saljuk mengambil alih pemerintahan dan mengonbol kekhalifahan Abbasyiah pada tahun 447 M/ 1055. masa Saljuk berakhir pada tahun 656 H/1258M, ketika balatentara Mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan hampir seluruh Dunia Islam terutama bagian timur. Suku Seljuk tidak selamanya mendominasi kekuasaan, karena khalifah Abbasiyah belakangan berhasil membebaskan diri dari Saljuk.


5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M),
Masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
                               
PARA PENGUASA ABBASIYAH
1. Abu Abbas as-Saffah 132-137H/750-754M    
2. Abu Ja’far al-Mansur 137-159H/754-775M
3. al-Mahdi 159-169H/775-785M              4. al-Hadi 169-170H/785-786M
5. Harun al-Rasyid 170-194H/786-809M          6. al-Amin 194-198H/809-813M
7. al-Ma’mun    198-218H/813-833M          8. al-Mu’tasim    218-227H/883-842M
9. al-Wasiq 227-232H/842-847M              10. al-Mutawakkil 232-247H/847-861M
11. al-Muntasir 247-248H/861-862M          12. al-Musta’in 248-252H/862-866M
13. al-Mu’taz    252-256H/866-869M          14. al-Muhtadi    256-257H/869-870M
15. al-Mu’tamid 257-279H/870-892M          16. al-Mu’tadid 279-290H/892-902M
17. al-Muktafi    290-296H/902-908M          18. al-Muqtadir 296-320H/908-932M

BANI BUWAIHI
19.  al-Qohir 320-323H/932-934M              20.  ar-Radi 323-329H/934-940M
21.  al-Muttaqi    329-333H/940-944M          22.  al-Muktakfi 333-335H/944-946M
23.  al-Muti 335-364H/946-974M              24.  al-Ta’i 364-381H/974-991M
25.  al-Qadir 381-423H/991-1031M              26.  al-Qa’im 423-468H/1031-1075M

BANI SALJUK
27.  al-Muktadi 468-487H/1075-1094M        28. al-Mustazhir 487-512H/1094-1118M
29.  al-Mustarshid 512-530/1118-1135        30. ar-Rashid 530-531H/1135-1136M
31.  al-Muqtafi 531-555H/1136-1160M         32. al-Mustanjid 555-566H/1160-1170M
33.  al-Mustadi 566-576H/1170-1180M        34. an-Nasir 576-622H/1180-1225M
35.  az-Zahir 622-623H/1225-1226M            36. al-Mustansir 623-640H/1226-1242M
37.  al-Muta’sim 640-656H/1242-1258M

C. KEMAJUAN DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah mencapai masa kemajuan mereka segera setelah didirikan. Kekhalifahan Baghdad  ini mencapai masa keemasannya antara masa Khalifah ketiga, al-Mahdi dan Khalifah kesembilan, al-Watsiq, dan lebih khusus lagi pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid dan anaknya a1-Ma'mun.  Secara politis para khalifah saat itu betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Stabilitas negara juga dapat terjaga. Disisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Rumah sakit - rumah sakit, tempat-tempat pemandian umum, dokter-dokter, perpustakaan-perpustakaan, madrasah-rnadrasah adalah beberapa contoh sarana umum yang disediakan oleh pemerintah Abbasiyah.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuar, dalam Islam. Penerjemahan buku-buku asing dan produksi buku-buku dari segala bidang ilmu (naqli dan aqli) adalah bentuk perkembangan peradaban.  Pada masa dinasti ini.  Memuncaknya peradapan Islam juga terlihat dari lahirnya ilmuwan yang mampu menciptakan ilmu dengan kemampuan diri sendiri bahkan sering membantah dan membatalkan teori ilmu yunani.
Kesimpulannya adalah bahwa semua aspek mengalami kemajuan pada masa awal dari dinasti Abbasiyah ini, baik dibidang politik, ekonomi, maupun peradaban. Tentunya kemajuan-kemajuan ini dilatar belakangi oleh beberapa faktor. Disini penulis hanya mencantumkan taktor-faktor pendukung kemajuan yang penulis rasa paling menonjol dan yang mewakili aspek-aspek tersebut.
Kemajuan yang diraih oleh Dinasti Abbasiyah berangkat dari penyebab jatuhnya dinasti Ummayah pelajaran berharga ini akhirnya memberi inspirasi untuk membuat beberapa kebijakan-kebijakan baru (tentunya kebijakan-kebijakan tersebut berbeda dengan kebijakan-kebijakan pada masa Dinasti Umayyah) oleh Dinasti Abbasiyah dalam rangka menjalankan kepemimpinannya yaitu:
1. Adanya suatu strategi yang berilian yaitu dengan menerapkan kembali prinsip-prinsip kesataraan, keadilan dan persaudaraan (musawah, adalah dan ukhuwah)
Strategi ini dianggap penting mengingat masyarakat yang sangat bervariasi latar belakang suku dan rasnya, maka dengan prinsip ini berubahlah pola pikir masyarakat, dari pola pikir yang simbolik menjadi pola pikir yang berwawasan ukhuwah Islamiah. Makna ukhwah Islamiyah pada masa ini juga mengalami perluasan makna yaitu: persaudaraan tidak hanya kepada masyarakat muslim semata tetapi pada masyarakat non muslim, hingga pada prinsip ini terciptalah egaliterian.  dalam masyarakat. Prinsip egaliter ini merupakan salah satu strategi jitu bagi Abbasiyah untuk menjaga kelanggengan dinastinya selama kurun waktu yang cukup lama.  Dengan kata lain tidak ada lagi stratifikasi sosial yang mencolok seperti yang terjadi pada masa Dinasti Ummayah dulu, yakni tiada perbedaan lagi antar mawalli  dengan orang arab asli.
2. Pembentukan ketentaraan professional
Sebelumnya belum ada tentara khusus yang professional seperti ini.  Abbasiyah melepaskan privilise  kemiliteran bangsa arab dan menumbuhkan sebuah kelcuatan militer baru yang direkrut dan diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mereka harus loyal kepada dinasti semata dan tidak pada kepentingan kesukuan atau kasta tertentu serta menggaji mereka.  Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah berhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit professional, bukan hanya cakap dalam peperangan akan tetapi mampu bagairnana mempertahankan dan mengamankan negara sehingga stabilitas negara dapat terjaga. Dengan kondisi pemerintahan yang mantap konsentrasi tidak lagi hanya pada bidang politik semata tetapi juga dapat diarahkan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan bidang lainnya.
3. Adanya perbaikan pada sektor-sektor perekonomian pada masa khalifah al-Mahdi)
Upaya yang dilakukan adalah dengan mempermudah transportasi jalur perdagangan yaitu dengan dibangunnya stasiun kafilah dagang dan tersedianya air yang cukup pada tempat tersebut. Adanya kuda-kuda yang tangguh untuk mempermudah dan mempercepat layanan pos. Ditingkatkannya armada dagang dari teluk Persia dan teluk Aden ke pesisir India dan wilayah Asia Tenggara, sehingga perdagangan eropa sangat tergantung sekali pada pedagang-pedagang muslim yang berkedudukan di pesisir Laventine dan pesisir Afrika Utara. Perbaikan tidak hanya pada penyediaan fasilitas fisik saja namun fasilitas keamanan dan kenyamanan juga, sehingga mendukung kelancaran lalu lintas pedagang dan tentunya menambah income yang sangat besar bagi perbendaharaan negara (bait a-mal).  Dengan banyaknya uang kas negara tentunya dapat meningkatkan bidang lainnya seperti perindustrian pertanian dan lain sebagainya.
4. Adanya Asimilasi  dalam Dinasti Abbasiyah
Berpartisipasinya unsur-unsur non Arab (terutama bangsa Persia)  pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Saat itu bangsa-bangsa non arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan berdaya guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan alam dalam Islam. Kontak antara Persia dengan Abbasiyah dimulai ketika ibu kota negara dipindahkan Dari Damaskus ke Baghdad. Perpindahan ibu kota ini memberikan pengaruh yang besar terhadap masuknya budaya-budaya Persia ke dalam dunia Islam saat itu. Pengaruh Persia ini sangat kuat dibidang pemerintahan,  seperti sakralisasi khalifah Abbasiyah yang mengklaim bahwa mereka adalah bayangan Allah di muka bumi ini (innama ana sultan Allah fi ardhihi) adalah mencontoh Dari budaya Persia.  Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam kedokteran, ilmu matematika dan astronomi Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.  Madrasah-madrasah perpustakaan-perpustakaan mulai didirikan sebagai fasilitas dari pengembangan peradaban ini, seperti universitas Nizamiyyah di Baghdad, Nisabur, Balkh, Heart, dan lain-lain.
Dari faktor-faktor pendukung kemajuan Dinasti Abbasiyah maka hasil yang di peroleh adalah Islam berada pada puncak peradaban dunia. Peradaban Islam adalah peradaban yang paling maju sehingga banyak para mahasiswa dari Eropa dan belahan dunia lainnya yang datang untuk belajar diberbagai perguruan tinggi yang didirikan umat Islam.  Baghdad sebagai ibukota negara menjadi kota yang tiada bandingannya diseluruh dunia.  Baghdad menjadi pusat metropolitan dan kosmopolitan. Sebagai pusat kegiatan ekonomi Baghdad tumbuh menjadi kota besar bagi perdagangan Internasional dan sangat produktif dengan sejumlah industri yang menghasilkan tekstil, sutra, kertas dan berbagai hasil industri lainnya.
Adapun kemajuan-kemajuan yang dilakukan pada masa Bani Abbaiyah antara lain:
a.    Gerakan Penerjemah
Mesti kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak masa Daulah Umayyah, upaya besar-besaran untuk menerjemahkan manuskrip-manuskrip berbahasa asing terutama Bahasa Yunani dan Persia ke dalam Bahasa Arab mengalami masa keemasan pada masa Daulah Abbasiyah. Para ilmuan di utus ke daerah Bizantium untuk mencari naskah-naskah Yunani dalam berbagai bidang ilmu terutarna filsafat dan kedokteran. Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah terutama dalam bidang tata negara dan sastra.

b.    llmu-llmu Agama
Kemajuan peradaban lslam era Abbasiyah ini juga ditandai dengan berkembangnya ilmu-ilmu keIslaman lain yang meliputi teologi/ilmu kalam dan fikih. Para khalifah dan pembesar lain mendorong dan bahkan mensponsori aliran teologi yang sesuai dengan pemahamannya. Hal ini menimbulkan perdebatan terbuka dan terkadang meningkat rnenjadi konflik. Meskipun demikian, polarisasi paham keagamaan menjadi Jabariah, Qadariah dan kemudian Asy'ariyah-Maturidiyah, telah ikut menyuburkan semangat pencarian kebenaran di kalangan masyarakat.

c.    Matematika dan Astronomi
Pada masa ini matematika dan astronomi juga berkembang. Karya Claudius Ptolemaeus (ahli astronomi sekitar 100-178). Megale Syntaxis, diterjemahkan atas perintah khalifah al-Ma'mun oleh al-Hajaj bin Yusuf, yang sebelumnya juga menghadiahkan terjemahan kitab Elements karya Euclides (ahli matematika sekitar 300 SM) kepada khalifah Harun ar-Rasyid. Pengetahuan umat Islam dalam bidang ini juga diperkaya dengan warisan ilmu dari India.

d.    Baitul Hikmah: Perpustakaan dan Observatorium
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Institusi ini merupakan kelanjutan dari institusi serupa di masa Imperium Sasania Persia yang bernama Jundishapur Academy.  Namun, berbeda dari institusi pada rnasa Sasania yang hanya menyimpan puisi-puisi dan cerita-cerita untuk raja, pada masa Abbaiyah, institusi ini diperluas penggunaanya. Pada masa Harun ar-Rasyid, institutisi ini bernama Khizanah al-Hikmah (Hazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Sejak 815 M, al-Ma'mun mengembangkan lembaga ini dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah. Pada masa ini, Baitul al-Hikmah dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium dan bahkan Etiopia dan India.

e.    Perkembangan Ekonomi
Ekonomi Imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Barang-barang kebutuhan pokok dan mewah dari wilayah timur imperium diperdayangkan dengan barang-barang, hasil dari wilayah bagian barat. Di kerajaan ini, sudah terdapat berbagai macam industri seperti kain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarqand, serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Irak. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan barat (termasuk wilayah yang kini bernama Mali dan Niger) melambungkan perekonomian Abbasiyah.

D. KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH
Cikal bakal kemunduran Dinasti Abbasiyah ini sebenamya telah terlihat sejak periode pertama Banyak tantangan dan gangguan yang dihadapi dinasti ini. Beberapa gerakan politik yang merongrong pemerintah dan mengganggu stabilitas negara muncul dimana-mana, baik gerakan dari kalangan intern Bani Abbas sendiri (seperti pemberontakan Abdullah bin Ali dan Saleh bin Ali)  maupun dari luar (seperti gerakan kelompok Rawandiyah) yang terjadi pada masa khalifah Abu Ja'far al-Mansyur.  Namun, semuanya dapat diatasi dengan baik sehingga dengan keberhasilan mengatasi gejolak ini semakin memantapkan posisi dan kedudukan khalifah sebagai pemimpin yang tangguh.
Dengan keberhasilan menumpas semua bentuk pemberontakan pada periode pertama masa kekhalifahan dinasti ini diakhirnya mencapai masa kemajuannya bahkan kejayaan. Akan tetapi pada periode berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun terutama dibidang politik. Stabilitas tidak lagi terjaga, khalifah hanya sebagai simbolik dan boneka, serta semakin sempitnya wilavah kekuasaan dinasti ini merupakan wujud nyata kemunduran dinasti ini. Akan tetapi kemunduran dinasti Abbasiyah ini hanya terjadi pada bidang politik dan ekonomi saja, adapun bidang peradaban terus mengalami kemajuan. Dan anehnya, masa keemasan bidang peradaban ini terjadi justru tatkala dinasti Abbasiyah ini mulai menurun.
Berikut penulis kemukakan dua peristiwa kemunduran dinasti Abbasiyah, yakni peristiwa al-Amin dan al-Makmun dan khilafah alMutawakkil. Penulis melihat peristiwa ini sebagai embrio kemunduran dinasti Abbasiyah ini telah nampak pada periode ini.

1. Al-Amin dan al-Makmum
Khalifah Harun al-Rasyid telah mewasiatkan tahta kekhalifahan kepada ketika orang puteranya dengan membagikan pula perbatasan kerajaan dikalangan mereka yaitu putra tertuanya al-Amin menguasai daerah Iraq, putra keduanya al-Makmun diserahkan wilayah Khurasan dan al-Qasyim putra ketiga diserahkan wilayah al-Jariyah (Semenajung Arab).  Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak adik-adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya Musa sebagai penggantinya kelak. Akibatnya pecahlah perang sipil.  Al-Amin didukung, oleh militer Abbasiyah di baghdad, sementara al-Makmun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-Makmun berhasil mengalahkan saudara tuanya dan dan mengklaim khilafah pada tahun 813 M.  Sejak peristiwa ini teriadi persaingan antara golongan Arab dan Persia. Golongan Arab mendukung al-Amin, sedangkan golongan persia mendukung al-Makmun.

2. Khilafah Al-Mutawakkil sebagai Awal Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Khalifah al-Watsiq meninggal tanpa sempat mengatur penggantian tahta. Karena itu sejumlah orang yang paling berpenganruh di istana bertemu untuk memutuskan siapa yang harus menggantikan. Wazir dan beberapa orang lain ingin menunjuk putra al-Watsiq, tetapi dia masih agak muda, dan mereka akhirnya bersedia menerima saudara laki-laki al-Watsiq yaitu Ja'far yang berusia 27 tahun dan kemudian bertahta dengan nama al-Mutawakkil.  Akan tetapi, khalifah al-Mutawakkil adalah seorang khalifah yang lemah.  Tindakan pertama yang ditempuhnya adalah memecat dan menghukum pihak-pihak yang tidak mendukung pencalonan dirinya. Perwira-perwira Turki  yang menetang pencalonan dirinya tidak hanya diberhentikan dari jabatannya, melainkan juga dihukum bunuh. Aliran rasionalisme dilarang dan ia membebaskan Ahmad bin Hambal dari penjara. Al-Mutawakkil juga tidak toleran terhadap kelompok syiah. Sehingga sikap sembrononya ini menimbulkan berbagai aksi protes dan pemberontakan seperti pemberontakan yang terjadi di Armenia dan Hims. Meski seluruh kekacauan dalam negeri ini dapat ditaklukkan dengan tangan besinya, akan tetapi pada masa pemerintahannyalah menandai awal kemunduran dinasti Abbasiyah ini. Sepeninggalnya dinasti ini mengalami masa kemunduran secara drastis. Tahta khilafah selanjutnya dijabat oleh para penguasa yang tidak cakap, sehingga kondisi politik yang semakin kritis tidak dapat diselesaikannya, bahkan keberadaan para khalifah bagaikan penguasa boneka yang relatif kecil pengaruhnya.  Pasca kepemimpinan alMutawakkil inilah orang Turki mulai menguasai pemerintahan.
Kedua peristiwa diatas merupakan cikal bakal munculnya persaingan diantara golongan-golongan yang ada dibawah pemerintahan dinasti Abbasiyah. Persaingan ini pula yang menyebabkan berpindahnya kekuasaan dari tangan Bani Abbasiyah kepada golongan yang memiliki kekuatan, seperti Persia dan Turki. Persaingan ini pula yang kelak menjadi salah satu faktor terjadinya disintegrasi.  Dalam dinasti Abbasiyah dan berimbas pada kemunduran dinasti ini.
A. Faktor Internal Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Ada beberapa faktor internal yang menyebabkan kemunduran dinasti Abbasiyah, yaitu:

1. Kemunduran Politik
Ada tiga faktor yang menyebabkan mundurnya politik pada saat itu, yakni disebabkan oleh:

a. Kelemahan khalifah.
Perkembangan peradaban dan kebudayaan serta kemajuan besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup mewah, bahkan cenderung mencolok. Setiap khalifah ingin lebih mewah dari pendahulunya, hal ini ditiru pula oleh para hartawan dan anak-anak pejabat. Kecenderungan bermewah-mewah ini ditambah lagi dengan merosotnya hegemoni  khilafah serta faktor lainnya menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.  Artinya pada saat ini dinasti Abbasiyah dipimpin oleh khalifah-khalifah yang tidak memiliki kepribadian yang baik.

b. Terjadinya Disintegrasi.
Terjadinya disintegrasi ini ditandai dengan muncuinya  dinasti-dinasti kecil vang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad.
c. Persaingan Antar Bangsa.
Wilayah kekuasan Dinasti Abbasiyah pada periode pertama sangat luas dan meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syiria, Irak, Persia, Turki dan India. Pada waktu itu tidak ada kedasaran yang merajut elemen-elemen tersebut dengan kuat akibatnya, disamping Fanatisme kearaban muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan Syu'ubiyah. Fanatisme kebangsaan ini akhirnya berkembang namun dibiarkan oleh penguasa.  Ketika khi]afah berada pada khalifah yang lemah maka dengan serta merta bangsa-bangsa yang berbeda ini mulai bersaing menunjukkan kehebatannya dan akhirnya rnereka berhasil merebut pemerintahan dan menjadikan khalifah sebagai simbolis dan boneka.

2. Kemerosotan Ekonomi
Kemakmuran yang diraih oleh Dinasti Abbasivah pada periode pertama tidak lagi dirasakan pada periode kedua ini. Pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti, banyaknya terjadi kerusuhan yang berdampak pada terganggunya perekonomian rakyat. Akibatnya negara menjadi miskin karena harus mengeluarkan jutaan dinar untuk membayar tentara asing yang disewa oleh khalifah Abbasiyah.  Sedangkan pengeluaran membengkak disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat yang semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam ditambah lagi para pejabat yang melakukan korupsi.  Disamping itu pembebanan pajak dan pengaturan wilayah-wilayah propinsi demi keuntungan kelas penguasa telah menghancurkan bidang pertanian dan perindustrian. Ketika para penguasa semakin kaya, rakyat justru semakin miskin.
Ada keterkaitan yang sangat signifikan dan tak terpisahkan antara politik dan ekonomi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik.

3. Konflik Keagamaan
Konflik keagamaan ini pada dasarnya adalah hasil propaganda orang-orang Persia (karena cita-cita mereka tidak sepenuhnya tercapai) pada ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme sehingga muncullah gerakan dengan yang namanya Zindiq.  Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dikedua belah pihak, seperti gerakan a1-Afsyin dan Qaramithah.                      
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak hanya antara Muslim dan Zindiq saja, akan tetapi antara Ahlussunnah dan syi'ah, dan konflik antara aliran dalam Islam juga, seperti Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid'ah oleh golongan Salaf. Adapun Fanatisme keagamaan ini sangat berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan.  Ketika perbedaan itu tidak dapat dijadikan rahmat oleh mereka maka sudah barang tentu kehancuran yang akan didapat, karena adanya kecenderungan menganggap diri paling benar dan orang- lain salah.

B. Faktor Eksternal Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Disamping kelemahan khalifah, kemerosotan ekonomi, konflik agama dan lain sebagainya sebagai faktor internal mundurnya Dinasti Abbasiyah, ada faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, yakni adanya ancaman dari luar Dinasti Abbasiyah ini, yaitu perang salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Masing-masing faktor tersebut penulis lihat sebagai faktor eksternal kemunduran Dinasti Abbasiyah ini.

1. Perang Salib
Perang Salib ini terjadi pada 1096-1291 H dan terjadi selama hampir dua abad. Perang ini dilatarbelakangi oleh keberhasilan umat Islam menduduki kota-kota suci umat Kristen, seperti Suriah, Asia Kecil, Spanyol dan Sicilia.  Ada  beberapa factor penyebab terjadinya perang salib, yaitu :                                   
a. Faktor Agama.
Adanya perasaan tidak bebas oleh orang Kristen untuk beribadah di Baitul Maqdis sejak daerah tersebut dikuasai aleh Dinasti Seljuk. Sejumlah peraturan yang telah ditetapkan dianggap mempersulit mereka yan,g hendak melaksanakan ibadah ke Baitul Maqdis bahkan mereka sering mengeluh dengan perlakuan jelek dari orang-orang Seljuk yang fanatik sepulang mereka dari berziarah kesana.

b. Faktor Politik.
Kekalahan Bizantium di Manzikart pada 1071 H dan jatuhnya Asia Kecil ke bawah kekuasaan Seljuk telah mendorong Kaisar Alexius I Comnenus untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus II dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk. Paus Urbanus II bersedia membantu Bizantium karena adanya janji Kaisar Alexius untuk tunduk dibawah kekuasaan Paus di roma dan harapan untuk dapat mempersatukan gereja Yunani dan Roma. Dilain pihak pada saat itu kondisi kekuasaan Islam sedang melemah, sehingga orang-orang Kristen di Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dalam Perang Salib.

c. Faktor Sosial Ekonomi.
Pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur laut tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Geno, dan Visa berambisi untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai timur dan selatan laut tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang salib dengan maksud menjadikan kawasan itu pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan. Disamping itu adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat Eropa Rakyat jelata yang merasa sangat tertindas dimobilisasi oleh pihak gereja untuk turut mengambil bagian dalam perang salib dengan janji akan diberikan kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik bila perang dapat dimenangkan. Mereka pun berduyun-duyun melibatkan diri dalam peperangan tersebut.
Akhirnya perang keagamaan ini pun terjadi selama hampir dua abad. Perang salib ini bagi umat Islam tidak lebih dari suatu insiden perbatasan.  Dan akhirnya umat Islam memperoleh kemenangan, namun perang ini memberi dampak yang buruk bagi Dinasti Abbasiyah ini, perpecahan terjadi dimana-mana. Peradaban Islam pun dapat dipelajari oleh mereka dan justru memicu munculnya Renaisans dibarat.

2. Serangan Tentara Mongol ke wilayah Kekuasaan lslam
Hulagu Khan, panglima tentara Mongol dan seseorang yang sangat membenci Islam, karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu. Tentara Mongol setelah mengahancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.











BAB III

PENUTUP

Masa kemajuan dinasti Abbasiyah diraih pada periode pertama dari masa kekhalifahannya. Dinasti yang dipimpin oleh khalifah-khalifah yang kuat dan cerdas akhirnya menghantarkan Islam ke gerbang kecemerlangan peradaban dunia dan mampu bertahan selama berabad-abad. Kegagalan yang dirasakan oleh dinasti Umayyah dijadikan pelajaran berharga bagi mereka dengan membuat kebijakan dalam pemerintahan. Kebijakan baru ini sangat mempengaruhi akan kemajuan yang diraih oleh dinasti Abbasiyah ini. Kemajuan yang diraih pada masa ini meliputi dari semua aspek kehidupan. Politik yang stabil, ekonomi yang makmur serta peradaban yang tinggi berhasil diwujudkan. Islam menjadi pusat peradaban  dunia dan menjadi tolak ukur kemajuan bagi pemerintahan dunia saat itu.
Kemajuan yang berhasil diraih ini tidak berlangsung lama. Cikal bakal kemunduran dimulai terlihat terutama dalam bidang politik yang akhirnya berdampak pada aspek ekonomi. Namun tidak demikian halnya yang terjadi dengan aspek peradaban. Peradaban Islam terus mengalami kejayaan meski disaat dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran yang sangat drastic. Dinasti Abbasiyah tidak lagi dipimpin oleh orang-orang yang kuat dan cerdas. Kemajuan yang mereka raih cenderung membuat mereka terbuai dalam sifat-sifat yang buruk. Akhirnya meski mereka ettap menjadi khalifah akan tetapi roda pemerintahan tidak berada di tangan mereka. Dengan kata lain mereka dikendalikan oleh golongan-golongan yaog sedang berkuasa pada saat ini, mereka tidak lebih seperti wayang atau boneka yang dikendalikan oleh Wayangnya.
Keadaan ini akhirnya memicu daerah-daerah lain yang dipimpin oleh pengusa yang kuat untuk memerdekakan diri atau dikenal dengan masa disintegrasi. Wilayah kekuasaan dinasti ini pun semakin sempit. Bahkan kekuasaan dinasti ini hanya ada di Baghdad saja. Wallu a'lam bi al-shawab.





DAFTAR PUSTAKA
Ali K. Sejarah Peradaban lslam (Tarikh Pra Modern. Terj. Ghufron A Mas'adi. Cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Brockelmann, Carl. History of The Islamic Poeples. London: Rout Ladge and Hagen Paul, 1982.
Hasan, Ibrahim. Tarikh al-lslami al-Siyasi wa al-Dini wa al-Tsiqafi wa al-Ijtima'i. juz 2. Beirut: Daar al-Jiil, 1991.
Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Hitti, Philip K. History of The Arabs; Rujukan Induk dan Paling Otoritatif Tentang Sejarah Peradaban Islam, Terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Cet.1. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005.
Islam. Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedi Islam, Jilid 1. Cet. 4. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.
Kebudayaan, Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III. Cet.1. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam, Terj. Ghufron A. Mas'adi. Cet. 2. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Mahmudunnasir, Syed. Islam Its Concept and Hitorys, Terj. Adang Affandi. Cet. 3. Bandung. Remaja Rosdakarya, 1999.
Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barator; Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Terj. Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah. Cet. 1. Surabaya: Risalah Gusti, 1995.
Qardhawi, Yusuf, Meluruskan Sejarah Umat Islam, Terj. Cecep Taufiqurrahman. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. ed. 1.
Shiddiqi, Nouruzzaman. Tamaddun Muslim, Cet. 1. Jakarta: Bulan Bintag 1986.
Styzewska, BojenaGajane. Tarikh al-Daulat al-lslamiyah,Beirut: Maktab al-Tijari,tt.
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik Perkembangan llmu Pengetahuan Islam, Cet. I. Bogor: Kencana, 2003.
Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam 3. terj. Muhammad Labib Ahmad. Cet. 9. Jakarta: al-Husna Zikra, 1997.
Al-Wakil, Muhammad Sayyid. Wajah Dunia Islam, Terj. Fdhli Bachri. Cet. 1. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1998.
Watt, W. Montgomery. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dan Tokoh Orientalis, Terj. Hartotno Hadikusumo. Cet. 1. Yogjakarta: Tiara Wacana, 1990.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Cet.3. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Zaidan, Jurji. History of Islamic Civilization, New Delhi: Khitab Bhavan, 1978.
Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Qur'an dan Paradigma Peradaban, Yogjakarta: Dinamika, 1996.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Guru Tomo | Guru Tomo
Copyright © 12.12.2013. gurutomo - All Rights Reserved
Modifikasi by Creating Website Published by Guru Tomo
Proudly powered by Blogger