Sebuah benda kecil yang selalu dibawa
kemana-mana. Tak bisa terlepaskan dari kehidupan manusia modern.
Siapapun bisa memilikinya tanpa melihat latarbelakang apapun. Entah dia
orang kaya, menengah ataupun di bawah rata-rata. Hampir semua orang
memilikinya.
Tiada hari tanpa memegangnya. Sebuah alat komunikasi
di era modern yang mampu mengirim pesan hanya dengan hitungan per detik
dan mampu menghubungkan antar dua orang manusia dalam satu percakapan
walaupun terpisahkan oleh jarak dan pulau bahkan benua.
Dulu,
benda mungil tersebut hanya dapat digunakan untuk mengirim pesan dan
melakukan percakapan. Kini, berbagai fasilitas telah lengkap di dalamnya
hingga dinobatkan sebagai handphone pintar atau lebih dikenal dengan sebutan smartphone.
Terlepas dari berbagai fitur, aplikasi dan fasilitas yang ada pada sebuah handphone. Semuanya bermuara pada dua fungsi utama yakni untuk mengirimkan/menerima pesan dan melakukan/menerima panggilan.
Saat handphone
(HP) berdering itulah saat yang dinanti-nantikan oleh setiap orang yang
memilikinya. Apakah itu sebuah SMS ataukah panggilan masuk? Intinya,
semua orang menginginkan agar HP yang dipunyai berdering agar bisa
digunakan sesuai fungsi utamanya.
Bayangkan, pada saat
beraktivitas. HP berdering pertanda ada panggilan yang masuk, maka
aktivitas tersebut ditinggalkan sejenak untuk menerima panggilan atau
membalas SMS.
Sesibuk apapun, ketika HP berdering maka tangan
bergerak dengan sendirinya tanpa diperintahkan mengambil HP untuk
memperlancar komunikasi dengan orang yang sedang menghubungi. Apalagi
yang menghubungi tersebut adalah orang-orang penting seperti atasan,
orang tua, pejabat, pengusaha ataupun orang yang disayangi.
Kita
rela meninggalkan sejenak aktivitas ketika orang-orang penting tersebut
menghubungi. Tapi, mengapa kita tak rela ketika yang lebih penting dari
mereka menghubungi lewat lantunan azan dihiraukan seolah-olah tak
mendengarnya?
Saat handphone berdering dinanti-nanti. Saat suara azan berdering di telinga manusia, apakah juga dinanti-nantikan? Suara dering handphone
hanya akan menghubungkan manusia dengan manusia. Sebaliknya, suara
dering azan yang berkumandang dari rumah-Nya akan menghubungkan manusia
dengan Sang Pencipta.
Mengapa diri ini enggan bahkan
mengulur-ulurkan waktu untuk menghadap-Nya? Bukankah ketika HP berdering
ada panggilan atau SMS masuk, tangan ini dengan segera mengambilnya?
Atau ketika letaknya jauh maka kaki ini pun dengan rela melangkah untuk
mendekati suara dering HP tersebut. Kenapa kaki ini juga tak mau
melangkahkan ketika Dia menyuruh menghadap-Nya dengan deringan suara
azan?
Bukankah sebaik-baiknya panggilan adalah panggilan untuk
menghadap-Nya lewat ibadah shalat yang ditunaikan? Bukankah
sebaik-baiknya pesan adalah pesan yang disampaikan langsung lewat
Kalam-Nya di dalam untaian-untaian zikir dan doa ketika shalat?
Diri
ini terlalu banyak berlumur dosa. Berapa banyak panggilan-Nya
diharaukan? Kita lebih memilih panggilan sesama makhluk-Nya lewat dering
sebuah benda yang mungil. Berapa banyak pesan-Nya yang kita acuhkan?
Kita mementingkan pesan yang tertera di HP daripada pesan dari
Kalam-kalam-Nya.
Sebuah benda kecil nan mungil akankah mengalahkan
Zat Yang Mahaagung? Teknologi ditemukan bukan untuk semakin menjauhkan
diri dari-Nya, tapi sebaliknya. Agar manusia semakin mendekatkan diri
kepada-Nya.
Panggilan manusia bisa ditunda sejenak sebab kita
masih memiliki waktu yang luang untuk berinteraksi dengan sesama
manusia. Tapi, panggllan-Nya yang hanya dilakukan sebanyak lima waktu
dengan waktu yang telah ditentukan sehingga manusia bisa menjadwalkan
sendiri agar mampu menunaikan panggilan-Nya tersebut.
Ketika orang
yang penting atau orang yang disayangi menghubungi dengan panggilan
masuk, apakah kita rela menolak panggilan tersebut? Panggilan satu ini
bukan sembarang panggilan. Ia adalah panggilan kasih sayang untuk semua
hamba yang tunduk dan patuh akan perintah-Nya. Panggilan itulah yang
akan menghubungkan secara langsung tanpa pulsa ataupun habis baterai
dengan Sang Penyayang. Panggilan yang akan berbuah ketakwaan pada
tiap-tiap insan yang mampu menjawab panggilan tersebut dengan bersegera
menghadap kepada-Nya.
Jika panggilan itu dipenuhi, patuhlah
manusia kepada-Nya. Tapi, jika panggilan itu ditolak, maka
membangkanglah manusia kepada-Nya. Manusia manakah yang kita pilih?
Apakah yang patuh? Ataukah manusia yang membangkang?
Manusia yang
patuh dengan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, maka akan
mendapatkan balasan berupa tempat nan indah yang tak pernah dilihat,
didengar, dicium dan dirasakan oleh manusia ketika berada di dunia.
Sebaliknya, bagi manusia yang membangkang atas perintah dan melanggar
atas larangan-Nya maka akan mendapat balasan berupa tempat yang gelap
yang dipenuhi oleh jilatan-jilatan api nan membara.
Saat handphone
berdering adalah panggilan dunia sedangkan saat azan berkumdang adalah
panggilan akhirat. Panggilan dunia bisa berbentuk kebaikan bisa pula
berbentuk keburukan. Tapi panggilan akhirat hanya berbentuk kebaikan
berupa amal ibadah yang dilakukan oleh setiap muslim sebagai bekal kelak
yang akan dibawa untuk menyeberangi sebuah titian yang hanya
orang-orang tertentu yang mampu menyebranginya.
Sebab jika mampu
menyebranginya, sebuah kegembiraan akan diperoleh berupa tempat yang
dijanjikan-Nya seperti yang tertuang di dalam surah an-Nisa ayat 122,
“Orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amalan shalih, kelak akan Kami masukkan ke
dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan
siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?”
Posting Komentar