PENDEKATAN DAN TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN
I. PENDAHULUAN
Personil
sekolah yang memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap
lembaga pendidikan. Diantara personil yang ada, guru merupakan jajaran
terdepan dalam menentukan kualitas pendidikan. Guru setiap hari bertatap
muka dengan siswa dalam proses pembelajaran. Karena itu guru yang
berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah. Peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan sistematis
dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu
sekolah dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek
personal, operasional, maupun material) yang perlu mendapatkan pembinaan
dan pengembangan secara berkelanjutan. Proses pembinaan dan
pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi pendidikan.[1]
Kepala
sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan
para guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan
supervisi secara efektif. Sementara ini pelaksanaan supervisi di sekolah
seringkali masih bersifat umum. Aspek-aspek yang menjadi perhatian
kurang jelas, sehingga pemberian umpan balik terlalu umum dan kurang
mengarah ke aspek yang dibutuhkan guru. Sementara guru sendiripun kadang
kurang memahami manfaat supervisi. Hal ini disebabkan tidak
dilibatkannya guru dalam perencanaan pelaksanaan supervisi. Padahal
proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap
perencanaan memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya.
Supervisi merupakan pendekatan yang melibatkan guru sejak tahap
perencanaan. Supervisi merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi
kekurangtepatan permasalahan yang berhubungan dengan guru pada umumnya.
Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi
karena keterlibatan guru sangat besar mulai dari tahap perencanaan
sampai dengan analisis keberhasilannya. Supervisi berfungsi membantu
guru dalam mempersiapkan pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan
praktik. Pandangan guru terhadap supervisi cenderung negatif yang
mengasumsikan bahwa supervisi merupakan model pengawasan terhadap guru
dengan menekan kebebasan guru untuk menyampaikan pendapat. Hal ini dapat
dipengaruhi sikap supervisor seperti bersikap otoriter, hanya mencari
kesalahan guru, dan menganggap lebih dari guru karena jabatannya. Kasus
guru senior cenderung menganggap supervisi merupakan kegiatan yang tidak
perlu karena menganggap bahwa telah memiliki kemampuan dan pengalaman
yang lebih. Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan
supervisi karena dengan self evaluation supervisor dan guru dapat
mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga dimungkinkan
akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut secara
terus menerus. Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji
adalah tentang konsep supervisi, proses pelaksanaan supervisi, tujuan
dan fungsi supervisi, dan teknik dan pendekatan dalam kegiatan
supervisi.[i]
Supervisi
pada dasarnya diarahkan pada tiga kegiatan, yakni: supervisi akademis,
supervisi administrasi dan supervisi lembaga. Ketiga kegiatan besar
tersebut masing-masing memiliki garapan serta wilayah tersendiri,
supervisi akademis sendiri dititik beratkan pada pengamatan supervisor
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan akademis,
diantaranya hal-hal yang langung berada dalam lingkungan kegiatan
pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
Sedangkan
supervisi administrasi menitik beratkan pada pengamatan supervisor pada
aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar
terlaksananya pembelajaran dan administrasi lembaga sendiri diarahkan
pada kegiatan dalam rangka menyebarkan objek pengamatan supervisor
tentang aspek-aspek yang berada di seantero sekolah dan berperan dalam
meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara
keseluruhan.
Sasaran
pengawasan di lingkungan kelembagaan pendidikan selama ini menunjukkan
kesan seolah-olah segi fisik material yang tampak merupakan saaran yang
sangat penting, namun pengolahan dana, sistem kepegawaian, perlengkapan
serta sistem informasi yang dipergunakan oleh lembaga nyaris merupakan
sesuatu yang terabaikan.
Supervisi
kelembagaan menebarkan objek pengamatan supervisor pada aspe-aspek yang
berada d lingkungan sekolah, artinya lebih bertumpu pada citra dan
kualitas sekolah, sebab dapat dimaklumi bahwa sekolah yang memiliki
popularitas akan menjadi lembaga pendidikan yang secara otomatis dapat
menarik perhatian masyarakat yang pada gilirannya akan menyekolahkan
anak-anak mereka ke sekolah dimaksud.
Citra
sekolah selain digambarkan oleh sarana dan fasilitas yang memadai, juga
dibuktikan dengan kualitas proses pembelajaran serta kualitas lulusan
yang dapat diakui oleh masyarakat keberadaan lulusan lembaga terkait,
selain itu juga tampak sekolah yang baik dilihat dari sisi ketertiban,
pengelolaan, kesejahteraan serta situasi dan kondisi lingkungan yang
memang kondusif untuk belajar.
Pada
beberapa kajian seperti yang diungkapkan oleh Gregorio (1966)
dikemukakan bahwa lima fungsi utama supervisi antara lain berperan
sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi
inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari keadaan dan kondisi
sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara
lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara
keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun
metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan
dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan
dan daftar isian.
Fungsi
penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang
berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan
prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti,
mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik
suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar
dari permasalahan diatas.
Fungsi
pelatihan merupakan salah satu usaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dihadapi, dan dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara
baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran,
dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui
demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group
conference, serta kunjungan supervisi.
Fungsi
bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong \guru baik
secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai
perbaikan dalam menjalankan tugasnya, dan bimbingan sendiri dilakukan
dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan
merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah
prosedur mengajar yang baru.
Fungsi
penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan,
seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan beragai
cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa,
melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang
berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.
2. PEMBAHASAN
1. Pendekatan Supervisi Pendidikan [2]
Pendekatan
berasal dari kata approad adalah cara mendekatkan diri kepada objek
atau langkah-langkah menuju objek. Sudjana (2004) membagi pendekatan
supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan
pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat
disebut dengan pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan
perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa, media elekronik,
radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua
pendekatan itu. (Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. (2007).
Pendekatan
yang diguhakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada
prinsip-prinsip psikologis. Suatu pendekatan atau teknik pemberian
supervisi, sangat bergantung kepada prototipe guru. Sahertian (2000)
mengemukakan beberapa pendekatan, perilaku supervisor berikut.
a. Pendekatan langsung (direktif)
Pendekatan
direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat
langsung. Supervisor memberikan arahan langsung, sudah tentu pengaruh
perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan
pada pemahaman terhadap psikologis behauioristis. Prinsip behaviorisme
ialah bahwa segala perbuatan berasal dari refleks, yaitu respons
terhadap rangsangan/ stimulus. Oleh karena guru memiliki kekurangan,
maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa bereaksi lebih baik.
Supervisor dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman
(punishment). Pendekatan seperti ini dapat dilakukan
dengan perilaku supervisor seperti berikut ini.
1) Menjelaskan,
2) Menyajikan,
3) Mengarahkan,
4) Memberi contoh,
5) Menerapkan tolok ukur, dan
6) Menguatkan.
b. Pendekatan tidak langsung (Non-Direktif)
Yang
dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku
supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia
terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru.
Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru
untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif
ini berdasarkan pada pemahaman psikologis humanistik. Psikologi
humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena
pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak
mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru mengemukakan
masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang
dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah
sebagai berikut.
1) Mendengarkan,
2) Memberi penguatan,
3) Menjelaskan,
4) Menyajikan, dan
5) Memecahkan masalah.
c. Pendekatan kolaboratif [3]
Pendekatan
kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan
direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada
pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama bersepakat
untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses
percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan ini
didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa
belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan
yang pada gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas
individu. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi berhubungan pada
dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor
dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut.
1) Menyajikan
2) Menjelaskan
3) Mendengarkan
4) Memecahkan masalah
5) Negosiasi
Ketiga macam pendekatan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan pemberian supervisi sebagai yaitu.
1) Percakapan awal (pre-conference)
2) Observasi
3) Analisis/interpretasi
4) Percakapan akhir(pasconference)
5) Analisis akhir
6) Diskusi
2. Metode dan Teknik Supervisi Pendidikan
Metode
dalam konteks pengawasan merupakan suatu cara yang ditempuh oleh
pengawas pendidikan guna merumuskan tujuan yang hendak dicapai baik oleh
sistem perorangan maupun kelembagaan pendidikan itu sendiri, sedangkan
teknik adalah langkah-langkah kongkrit yang dilaksankan oleh seorang
supervisor, dan teknik yang dilaksanakan dalam supervisi dapat ditempuh
melalui berbagai cara, yakni pada prinsifnya berusaha merumuskan
harapan-harapan menjadi sebuah kenyataan.
Teknik
supervisi merupakan cara-cara yang ditempuh dalam mencapai tujuan
tertentu, baik yang berhubungan dengan penyelesaian masalah guru- guru
dalam mengajar, masalah kepala sekolah dalam mengembangkan kelembagaan
serta masalah-masalah lain yang berhubungan serta berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan[4].
Dalam
supervisi dikenal dengan dua teknik besar, yakni teknik individual dan
teknik kelompok. Teknik individual antara lain berupa (1) kunjungan dan
observasi kelas (2) individual conference (3) kunjungan antar guru-guru
(4) evaluasi diri (5) supervisory buletin (6) profesional reading (7)
profesional writing, sedankan teknik kelompok antara lain (1) rapat staf
sekolah (2) orientasi guru baru (3) curriculum laboratory (4) panitia
(5) perpustakaan profesional (6) demonstrasi mengajar (7) lokakarya (8)
field trips for staff personnels (9) pannel or forum discussion (10) in
service training dan (11) organisasi profesional.
Pada
teknik individual seperti dengan melakukan kunjungan dan observasi
kelas, pada beberapa pendapat sering dipandang sbagai salah satu
kegiatan yang menyebabkan prediksi yang berbeda terutama di kalangan
guru serta kepala sekolah yang diamati oleh pengawas satuan pendidikan,
walaupun pada prinsipnya kunjungan kelas merupakan perekaman informasi
akurat yang datang secara langsung dari sumber belajar seperti guru dan
peserta didik. [5]
Sisi
lain yang juga harus dikembangkan dalam kunjungan kelas atau observasi
adalah menghilangkan adanya kesan atasan dan bawahan, sebab kesan ini
akan menimbulkan kesan negatif baik bagi yang melaksanakan observasi
ataupun yang diobservasi itu sendiri, akan tetapi hubungan yang harus
dikembangkan adalah atas dasar kerjasama dan profesionalisme antara
guru, kepala sekolah dan supevisor itu sendiri.
Hal
lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa observasi kelas hendaknya
dilakukan dengan memakai instrumen yang telah disepakati sebelumnya
oleh kedua belah pihak dengan sebelumnya melakukan pertemuan pribadi
atau paling tidak diberitahukan terlebih dahulu kisi-kisi yang akan
diujikan di lapangan oleh supervisor.
Hariwung (1989) menyebutkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam observasi kelas antara lain adalah untuk:
Ø Mempelajari
material yang dipelajari oleh siswa, validitasnya terhadap tujuan
pendidikan, faedah, minat, serta nilainya untuk siswa.
Ø Mempelajari
usaha-usaha guru untuk mendorong dan menuntun siswa untuk belajar,
prinsip-prinsip yang dipergunakan dan aplikasinya dalam materi umum dan
materi khusus bagi siswa dalam belajar
Ø Mempelajari
usaha-usaha yang dipergunakan dalam menemukan, mendiagnosa, serta
memperbaiki kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa
Ø Mempelajari
usaha-usaha yang dipakai untuk menilai hasil belajar, sifat dan alat
metode pengukuran serta hubungannya dengan tujuan dari situasi
belajar-mengajar, namun bukan mencatat kesalahan-kesalahan guru-guru
guna tujuan-tujuan lain.
Dalam
tataran teoritik, observasi kelas sudah lama diperkenalkan di kalangan
pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Charles W Boardman bahwa
kunjungan kelas memiliki kemampuan sangat besar dan dapat menunjang
perbaikan-perbaikan pembelajaran secara langsung, bahkan dapat diamati
pula jika kedapatan metode serta proses pembelajaran yang kurang memadai
dilakukan oleh seorang guru, maka hal ini akan diperbaiki secara
langsung tentunya mempergunakan prosedur perbaikan pembelajaran secara
proporsional dan profesional.
Walaupun
pada tataran praktik, metode kunjungan kelas atau observasi kelajiman
guru memiliki prediksi dan penilaian yang kurang baik, bahkan tidak
sedikit guru yang memberikan permusuhan, terlebih dengan perilaku
observer yang kurang menghargai, walaupun sebenarnya dalam hal ini
terjadi tarik menarik yang kurang didasarkan atas prinsip dan prosedur
pengawasan mutu pendidikan yang berpatokan pada standar mutu.
Pada
prinsip umumnya kunjungan kelas di lakukan dengan tiga kegiatan, yakni
kunjungan atas permintaan dan undangan dari guru, kunjungan yang
diberitahukan oleh kepala sekolah dan kunjungan mendadak (sidak) yang
memang dilaksanakan oleh supervisor sebagai bagian dari tugas dia
sebagai pengawas mutu pendidikan.
Selain
prinsip yang dikemuakakan diatas, maka untuk memudahkan bagaimana
melihat perkembangan, prinsip dasar, tujuan serta kekuatan dan kelemahan
yang terdapat dalam teknik dan metode supervisi, maka dibawah ini akan
disajikan dalam bentuk uraian berupa matrik metode dan teknik supervisi.
[6]
Matrik: 1
Metode dan Teknik Supervisi Individual
NO
|
Metode & Teknik Supervisi
|
Prinsip Dasar Supervisi
|
Tujuan Supervisi
|
Analisis
|
1.
|
Observasi
|
Perekaman informasi secara langsung dalam kegiatan belajar-mengajar
|
Memvalidasi keberhasilan tujuan pendidikan yang dilakukan oleh guru
|
Timbulnya kesan serta kesenjangan antara atasan dan bawahan
|
2.
|
Pertemuan Individu
|
Dilaksanakan setelah observasi dilakukan, sehingga terjalin hubungan akrab
|
Menganalisa kesulitan-kesulitan belajar baik yang ditimbulkan oleh guru maupun oleh komponen yang lain
|
Hendaknya dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
|
3
|
Kunjungan Antar Guru
|
Pertukaran pengalaman yang dilaksanakan oleh forum guru
|
Meningkatkan sikap, keterampilan serta pengetahuan
|
Menumbuhkan prinsif pengajaran yang menyenangkan oleh berbagai pihak
|
4
|
Evaluasi Diri
|
Menumbuhkan dan mengembangkan potensi diri secara akurat
|
Menumbuhkan dan membangkitkan keberanian diri pada guru
|
Kesulitan yang dihadapi akan kembali pada sejauhmana masing-masing individu memiliki kesadaran diri
|
5.
|
Supervisi bulletin
|
Pemusatan ha-sil belajar ber-dasarkan seca-ra menyeluruh
|
Menciptakan komunikasi internal dan bersifat pe-ngembangan staf
|
Pengoptimalisasian media ce-tak bagi pen-didikan
|
6.
|
Bacaan Profesio-nal
|
Memperkaya pengalaman individual
|
Penggalian po-tensi diri se-cara akurat
|
Ketersediaan sarana sekolah menjadi peng-hambat utama
|
7
|
Menulis Profesio-nal
|
Mengoptimalkan potensi diri melalui tulisan ilmiah
|
Meningkatkan kemandirian profesional
|
Kurangnya percaya diri dalam menulis yang dirasakan oleh banyak kalangan, serta media yang kurang men-dukung
|
Matrik: 2
Metode dan Teknik Supervisi Kelompok[7]
N0
|
Metode & Teknik Supervisi
|
Prinsip Dasar Supervisi
|
Tujuan Supervisi
|
Analisis
|
1
|
Rapat Sekolah
|
Merencanakan bersama-sama visi. Misi, orientasi dan strategi sekolah
|
Memperbaiki kualitas per-sonil staf dan program sekolah
|
Rapat berjen-jang dengan memperhatikan kualitas efek-tifitas dan efi-siensi
|
2
|
Orientasi Guru Baru
|
Memperkenalkan dan memperkaya pengalaman de-ngan jalan bertu-kar pengalaman
|
Mendapatkan informasi bagi guru baru ten-tang sekolah terkait
|
Jarang dilaku-kan karena kurangnya kesa-daran untuk hal tersebut
|
3
|
Laboratorium Kurikulum
|
Membantu pengembangan kurikulum bagi pi-hak terkait, teruta-ma guru
|
Membantu guru dan personil sekolah dalam mengembang-kan dan mem-perbaiki kuri-kulum
|
Hal ini baru dikembangkan oleh sekolah-sekolah unggul
|
4
|
Panitia
|
Memecahkan masalah-masalah khusus dalam tugas kepanitiaan sekolah
|
Mendorong keberanian dan menciptakan kesempatan bagi individu dalam penga-laman profesi-onal
|
Kecenderungan melemparkan tugas-tugas tertentu sering terjadi
|
5
|
Perpusta-kaan Profesi-onal
|
Memberikan bantuan dalam peningkatan kompetensi profesional
|
Memotivasi peningkatan pengetahuan
|
Pembentukan kebiasaan se-suatu yang ha-rus dilaksanakan sedini mungkin
|
6
|
Demonstrasi Mengajar
|
Peningkatan didaktik dan Metodik Guru
|
Membantu mengembangkan pengajaran yang efektif
|
Jarang dilaksa-nakan selain ku-rang adanya percaya diri juga tingkat pemoti-vasian yang rendah
|
7
|
Lokakarya
|
Menghidupkan kerjasama yang memadai
|
Pemecahan masalah dan situasi sehari-hari
|
Membutuhkan biaya yang cukup tinggi
|
8
|
Field Trips for Staff Personnels
|
Memberikan kesempatan pada pengembangan staf
|
Memahami teknik supervisi yang ditentukan oleh kebutuhan staf
|
Perlunya tindak lanjut dengan sistem evaluasi yang memadai
|
9
|
Diskusi Panel
|
Memperkaya ide dan gagasan da-lam pemecahan masalah
|
Menumbuhkan sikap, pengeta-huan dan kete-rampilan
|
Sikap
berpikir kritis sangat diperlukan na-mun hal ini ja-rang
dilaksana-kan karena mengingat besar biaya yang ha-rus dikeluarkan
|
10
|
In Service Training
|
Mengacu pada azas pendidikan seumur hidup
|
Pemenuhan kebutuhan tenaga profesional
|
Diperlukan stra-tegi yang me-madai dalam pe-ngembangan ini
|
11
|
Organisasi profesi
|
Keanggotaan dalam profesi menjadi kebutuhan tersendiri
|
Peningkatan tanggung jawab dan kesadaran
|
Sejauh ini patut dipertanyakan lembaga ini dalam pengem-bangan karir.
|
III. Kesimpulan
Supervisi
merupakan bantuan dalam wujud layanan profesional yang diberikan oleh
orang yang lebih ahli dalam rangka peningkatan kemampuan profesional,
terutama dalam proses belajar mengajar. Adapun tujuan supervisi adalah
terbaikinya proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan
siswa, melalui serangkaian tindakan, bimbingan, dan arahan. Proses
supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi
dilaksanakan. Prosedur supervisi juga dapat dilaksanakan dengan proses
yaitu pertemuan pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan
pertemuan balikan. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang
melalui pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu.
Pendekatan yang dimaksud yaitu ilmiah, artistik, dan klinik serta
pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi
humanistik, kognitif, dan behavioral.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Purwanto, Ngalim (2003) Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya Bandung
Ø Depdiknas (2001), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Ditjendiknas Jakarta
Ø Depdiknas (2003), pedoman Supervisi Pengajaran, dikdasmen, Jakarta
Ø Depdiknas (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas, Jakata
Ø Depdiknas (2002), Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21), Jakarta
Ø Suhardan Dadang (2007), Supervisi Bantuan Profesional, Mutiara Ilmu Bandung
Ø Pusat
Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2001). Kurikulum
Berbasis Kompetensi Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah,
Depdiknas, Jakarta
[4] Depdiknas (2002), Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Depdiknas, Jakata
[5] Depdiknas (2002), Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21), Jakarta
[7] Pusat
Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2001). Kurikulum
Berbasis Kompetensi Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah,
Depdiknas, Jakarta
Sumber: http://edinasirun76.blogspot.com/2011/03/pendekatan-dan-teknik-supervisi.html
+ komentar + 1 komentar
Itu dalam pendekatan direcktif dan non direktif poinya kok ada yang sama...
Posting Komentar