TANYAKAN pada orang Syiah: “Dalam pandangan Anda, mana yang lebih utama, agama atau politik?”
Tentu dia akan berkata: “Agama yang lebih penting. Politik hanya bagian
dari agama.” Lalu tanyakan lagi: “Bagaimana kalau politik akhirnya
mendominasi ajaran agama?” Mungkin dia akan menjawab: “Ya tidak bisa.
Agama harus mendominasi politik, bukan politik mendominasi agama.”
Lalu katakan ke orang Syiah itu: “Kalau perkataan Anda benar, mengapa
dalam ajaran Syiah tidak pernah sedikit pun melepaskan diri dari
masalah hak Kekhalifahan Ali, tragedi yang menimpa Husein di Karbala,
dan kebencian mutlak kepada Muawiyyah dan anak-cucunya? Mengapa hal-hal
itu sangat mendominasi akal orang Syiah, melebihi pentingnya urusan
akidah, ibadah, fiqih, muamalah, akhlak, tazkiyatun nafs, ilmu, dll.
yang merupakan pokok-pokok ajaran agama? Mengapa ajaran Syiah menjadikan
masalah dendam politik sebagai menu utama akidah mereka melebihi
keyakinan kepada Sifat-Sifat Allah?”
Faktanya, ajaran Syiah merupakan contoh telanjang ketika agama
dicaplok (dianeksasi) oleh pemikiran-pemikiran politik. Bahkan substansi
politiknya terfokus pada sikap kebencian mutlak kepada pihak-pihak
tertentu yang dianggap merampas hak-hak imam Syiah. Dalam hal ini akidah Syiah mirip sekali dengan konsep Holocaust
yang dikembangkan Zionis internasional, dalam rangka memusuhi Nazi
sampai ke akar-akarnya. (Bukan berarti pro Nazi, tetapi disana ada
sisi-sisi kesamaan pemikiran). [arifkamaludin/10 logika dasar penangkal
syiah]
Sumber: islampos.com
Posting Komentar