PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Berbagai
teori motivasi hierarki Maslow, cenderung merujuk dan digunakan pada organisasi
profit, yaitu organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan, karyawan, penyelia,
dan gaji. Tidak banyak tulisan-tulisan yang mengupas akan penerapan teori
motivasi pada organisasi non-profit yang tidak terkait oleh kewajiban, gaji,
dan atasan bawahan. Organisasi non-profit yang ingin didefinisikan di sini
adalah organisasi yang sifat keanggotaannya berupa kesukarelaan, tidak adanya
paksaan, kontrak kerja, atau gaji.
Hal-hal
tersebut kemudian menorehkan beberapa pertanyaan. Jika anggota dalam organisasi
profit termotivasi karena adanya pemenuhan kebutuhan yang mereka peroleh secara
nyata melalui bergabungnya mereka dalam organisasi tersebut, lalu hal-hal
apakah yang membuat bermacam-macam individu dari berbagai kalangan dan berbagai
jenis pekerjaan mau untuk bergabung dalam sebuah organisasi non profit yang
juga non profit, hingga mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran ke
dalam organisasi tersebut, dan terlibat secara aktif dalam organisasi tersebut.
Seperti
yang terjadi dalam sebuah organisasi pengabdian masyarakat “Lions Club
International” dan “Leo Club International”. Kedua organisasi tersebut adalah
organisasi non-profit yang anggotanya berasal dari berbagai kalangan dan
berbagai latar belakang pekerjaan. Leo Club adalah organisasi pemuda yang
merupakan salah satu program dari Lions club, yang anggota nya terdiri dari
siswa SMP hingga perguruan tinggi, atau pemuda yang belum berumur 28 tahun.
Sementara Lions Club adalah organisasi pengabdian masyarakat yang anggotanya
terdiri dari pengusaha, dokter, dosen, guru, dan berbagai profesi lain yang
berusia di atas 28 tahun, di mana mereka sendiri telah memiliki kesibukannya
masing-masing, tetapi masih berkontribusi aktif dalam kegiatan organisasi
non-profit tersebut.
Untuk
itulah, penulis mengangkat tema “Teori Motivasi dan Penerapannya dalam
Organisasi Non-Profit” sehingga kita dapat melihat keefektifan penerapan dari
teori motivasi dalam organisasi non-profit, serta membedah lebih jauh tentang
hal-hal yang memotivasi para anggota organisasi non profit untuk tetap bertahan
dan bergabung dalam organisasi tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1. Penerapan teori motivasi yang
cenderung hanya ke organisasi profit
1.2.2. Perbedaan aspek motivasi dalam
organisasi profit dan non-profit
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang terdapat dalam karya tulis ini antara lain:
1.3.1. Apa
yang memotivasi para anggota organisasi non-profit?
1.3.2. Apakah
teori motivasi hierarki Maslow yang diterapkan dalam organisasi profit, dapat
pula secara efektif diterapkan pada organisasi non-profit?
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mencari aspek yang memotivasi anggota organisasi non-profit
Karya tulis ini bertujuan untuk mencari tahu aspek-aspek yang menjadi
motivasi bagi para anggota organisasi non-profit untuk bergabung di dalamnya
dan ikut berpartisipasi aktif.
2. Membuktikan penerapan teori motivasi hierarki Maslow dalam
organisasi non-profit
Diharapkan dengan karya tulis ini dapat membuktikan apakan teori motivasi
hierarki Maslow dapat secara efektif diterapkan dalam sebuah organisasi
non-profit layaknya hal tersebut diterapkan dalam organisasi profit.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari karya tulis tentang “Teori Motivasi dan Penerapannya dalam Organisasi Non-Profit” ini
diharapkan dapat menambah wawasan bagi khalayak luas maupun kalangan tertentu,
terhadap kesadaran masyarakat akan aspek-aspek
yang memotivasi individu dalam sebuah organisasi non-profit. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan terhadap penelitian sejenis yang
lebih mendalam, serta menjadi sarana pengembangan ilmu sosial.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori Umum
Komunikasi
organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang-orang. Komunikasi
organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang
sah dan bermanfaat.(Pace: 2001)
Komunikasi
organisasi dalam definisi objektif menekankan pada kegiatan penanganan pesan
yang terkandung dalam suatu “batas organisasional”. Sementara komunikasi
organisasi dalam definisi subjektif adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang merupakan organisasi. Proses komunikasi tersebut tidak mencerminkan
organisasi, ialah organisasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi
organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka
yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan member makna atas apa yang
sedang terjadi. (Pace: 2001)
Atas
dasar definisi di atas, organisasi yang dibahas pada makalah ini yaitu Lions
Club International dan Leo Club International yang merupakan organisasi
non-profit mengarah kepada suatu komunikasi organisasi yang bersifat subjektif.
Di mana yang terjadi dalam organisasi tersebut bukanlah penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi, melainkan
penciptaan makna atas interaksi yang terjadi dalam proses komunikasi diantara
anggota-anggota organisasi tersebut.
2.2
Teori Khusus
Menurut
Maslow, kebutuhan kita terdiri dari lima ketegori: fisiologis, keselamatan atau
keamanan, rasa memiliki atau sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan ini, menurut Maslow, berkembang dalam suatu urutan hierarkis, dengan
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat hingga terpuaskan.
(Pace: 2001)
Man
is a hierarchy of needs, with the biological needs at the base of hierarchy,
and the spiritual needs at the top. (Maslow:
1993)
Menurut
Maslow, ada dua kategori kebutuhan dalam hierarki tersebut yaitu deficiency
needs dan meta needs. Kedua sifat dari dua kebutuhan tersebut tercermin dalam
tulisan Maslow pada The Farther Reaches of Human Nature, yaitu the
hierarchy of basic needs is prepotent to the metaneeds. Yang berarti bahwa
deficiency needs atau basic needs lebih kuat atau lebih menuntut untuk dipenuhi
daripada metaneeds. (Maslow: 1993)
Digambarkan
Maslow bahwa basic needs adalah empat kategori terbawah dari hierarki kebutuhan
Maslow, sementara Metaneeds adalah kategori teratas dari hierarki kebutuhan
Maslow yaitu self-actualization. Di mana metaneeds hanya akan dapat terpenuhi
ketika semua basic needs sudah terpenuhi, metaneeds menyangkut kebutuhan akan
pengetahuan, kecantikan, kekayaan, kebaikan (benevolence), meaningfulness
(values), dan lain-lain.
Konsep
prepotency mengasumsikan juga bahwa suatu kebutuhan yang terpenuhi bukan lagi
merupakan suatu pendorong (motivasi). Hanya kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
mendorong orang untuk bertindak dan mengarahkan perilaku mereka kepada suatu
tujuan. (Pace: 2001)
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi motivasi bagi anggota organisasi profit
menurut Maslow adalah kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut. Sehingga mereka
bekerja di dalam organisasi tersebut dengan tujuan memenuhi basic needs mereka.
2.3
Hipotesis
Teori
Hierarki Maslow memiliki penerapan yang berbeda pada organisasi non profit
dibandingkan dengan sebuah organisasi profit.
2.4 Skema
BAB
3
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk kualitatif .Penulis meneliti
tentang penerapan teori motivasi hierarki
Maslow dalam organisasi non profit dari berbagai studi pustaka dan wawancara.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Penulis memilih orang
yang menjadi anggota dalam organisasi non profit Lions Club International dan
Leo Clubs International yang ada di Jakarta.
3.2.2 Sampel
Sampel yang penulis ambil adalah tiga orang anggota Lions club dan
Leo Club dengan latar belakang pekerjaan, jenis kelamin, latar belakang
pendidikan, dan umur yang berbeda. Lions club dan Leo Club adalah organisasi
pengabdian masyarakat yang bersifat non profit, yang memiliki stuktur organisasi
yang jelas dan dilengkapi dengan seperangkat birokrasi seperti AD/ART (Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Dalam organisasi ini, terdapat berbagai
pembagian kekuasaan atau wilayah. Karena organisasi ini bersifat internasional,
maka organisasi ini terdapat hampir di seluruh dunia. Indonesia sendiri
merupakan multiple district dengan kode 307 dan dipimpin oleh seorang presiden
multi distrik yang terbagi atas 4 distrik yang dikepalai oleh seorang presiden
distrik atau district governor. Setiap distrik terdiri atas beberapa kumpulan
klub yang masing-masing klub nya dikepalai oleh seorang president klub dan
semua presiden dilengkapi oleh keanggotaan dan struktur organisasi yang jelas.
3.3
Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah:
3.3.1 Metode
Pengumpulan Data
3.3.1.1 Metode Studi
Pustaka
Makalah yang penulis buat bersumber
dari internet serta dari berbagai sumber buku yang telah penulis baca.
3.3.1.2 Metode Wawancara
Makalah
ini juga disusun berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis
terhadap tiga koresponden yang berbeda..
3.3.2 Metode Analisis
Data
Data yang kami peroleh untuk analisis sebagai landasan
teori dalam menganalisis dan membahas masalah lebih dalam diperoleh dari
buku-buku yang berkaitan dengan tema.
BAB
4
PEMBAHASAN
44.1 Penyajian data
4.1.1 Hasil
Wawancara
4.1.1.1 Responden 1
Bisma Adi Putra adalah seorang mahasiswa Trisakti School of
Management jurusan Akuntansi. Ia berusia 21 tahun. Ia bergabung di Leo Clubs
Multi District 307 Indonesia dan sekarang berkedudukan sebagai President
Distrik 307 B1.
Dari hasil wawancara yang dilakukan secara tatap muka
setelah bakti sosial membantu proses evakuasi korban banjir di Pluit,
responden 1 mengatakan bahwa motivasi awalnya ikut dalam organisasi sosial ini
hanyalah keinginan sederhana dari ia dan beberapa temannya untuk dapat
mengadakan bakti sosial ke panti asuhan yang ada di Jakarta dan sekitarnya,
kemudian ia ditawarkan oleh adik dari ibunya yang adalah anggota dari Lions
Club.
Ketika dirinya telah berkecimpung dalam dunia Leo Club dan
ikut dalam berbagai kegiatannya, motivasinya berkembang. Ia tak hanya ingin
mengunjungi beberapa panti asuhan, tetapi ia ingin lebih banyak membuat
kebahagiaan bagi orang lain. Ia juga termotivasi untuk belajar menjadi pemimpin
yang baik melalui Leo Club ini. Hal tersebutlah yang membuatnya bertahan hingga
saat ini di Leo Club.
4.1.1.2 Responden 2
Marta Jovita Tanawi adalah mahasiswa Sahid tourism
school jurusan perhotelan yang berusia 20 tahun. Ia adalah salah satu
member dari Leo Club Jakarta Jayakarta Benevole distrik 307 A1 yang tidak
menjabat baik dalam klub maupun dalam distrik dan multidistrik.
Menurut hasil wawancara, responden 2 awalnya tertarik untuk
bergabung dalam leo club ini dengan motivasi bahwa ia dapat menambah networking,
pengalaman, dan dorongan moral untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan-kegiatan sosial yang dapat membantu orang-orang yang membutuhkan. Dan
responden 2 merasa, dengan keterlibatannya di dalam Leo Club ini, semua
motivasi awalnya tercapai, bahkan diakuinya bahwa sejak bergabung dengan Leo
Club ini, responden 2 merasakan ‘keajaiban-keajaiban’ yang menurutnya menambah
kebahagiaan dalam hidupnya. Melalui organisasi ini, ia dapat bertemu dengan
banyak orang baik lainnya yang peduli terhadap sesama dan mau membantu orang
lain tanpa pamrih.
Walaupun di sisi lain ada hal-hal yang memberatkannya dengan
bergabungnya ia dalam organisasi sosial ini, seperti waktu senggang yang
terpakai, hingga kegiatan yang mengharuskan responden 2 untuk pulang lebih
malam dari jadwal biasanya, tetapi hal tersebut tidak mengurangi komitmennya
dalam Leo Club ini, karena setelah bergabung dengan Leo Club ia menemukan
motivasi terkuat dalam dirinya yang membuat ia tetap bertahan di Leo Club ini,
yaitu kepuasan dalam membantu orang lain.
Meskipun Leo Club ini adalah organisasi yang memungkinkan
setiap anggotanya melatih leadership skill mereka, responden 2 mengatakan bahwa
dirinya pribadi tidak tertarik dengan kedudukan-kedudukan tersebut, ia hanya
ingin membantu orang apapun posisinya.
4.1.1.3 Responden 3
Hans Marloanto adalah seorang
pemilik dari sebuah Event Organizer dan Management yang ada di Jakarta. Ia
berumur 33 tahun. Ia merupakan anggota (member) dari Lions Club Batavia Prima
New Century distrik 307 B1.
Awalnya ia bergabung dengan Lions
Club karena melihat acara pengobatan massal yang dilakukan oleh Lions Club pada
tahun 2008, kemudian ia diundang untuk mengikuti beberapa Regular Meeting yang
diadakakan oleh Lions club Batavia tersebut, hingga akhirnya ia tertarik untuk
mengambil bagian dalam club tersebut.
Ia tertarik karena kebersamaan dan
kegiatan yang diadakan oleh Lions Club Batavia tersebut, selain itu karena
menurutnya organisasi non profit ini memiliki sistem dan protokoler yang baikm
dan terdapat banyak kesempatan utnuk bertemu orang-orang penting sehingga
responden 3 dapat belajar lebih banyak dari pengalaman-pengalaman orang-orang
penting tersebut. Selain itu, ia ingin membantu banyak orang yang membutuhkan
bantuan.
Bergabung dengan Lions Club juga
memberikan ia rasa sebagai bagian dari keluarga. Responden 3 juga mengatakan
bahwa, bergabung dengan Lions Club walaupun mengorbankan waktu di tengah-tengah
kesibukannya, selain membawakan kebahagiaan bagi orang lain, juga membawa
kebahagiaan bagi dirinya sendiri, karena dengan ia bergabung dengan organisasi
ini, ia dapat mengembangkan dirinya, memiliki kepuasan dalam berbagi terhadap
sesama, dan belajar dari orang-orang penting yang tergabung dalam Lions Club
tersebut.
4.1.2 Hasil Observasi
Dari hasil observasi yang penulis lakukan, ketiga responden
ini adalah anggota-anggota aktif dalam Leo Club dan Lions Club. Ketiganya
memiliki perbedaan latar belakang namun kemiripan hal yang memotivasi diri
mereka. Mereka tidak berada dalam satu club yang sama, melainkan tugas club
yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula. Mereka bertiga juga memiliki
karakter pribadi yang berbeda. Responden 1 adalah orang dengan tipe
koleris-melankolis. Responden 2 adalah orang dengan tipe plegmatis dan
introvert. Sementara responden 3 adalah seorang pria extrovert – sanguinis.
Leo club dan Lions club sendiri bersifat murni sukarela,
tidak ada peraturan yang mengatur masuk atau keluarnya seorang individu sebagai
anggota, tidak adanya peraturan atau ganjaran yang mengharuskan setiap anggota
untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan sosial. Mulai dari sifat keanggotaan
sampai kesediaan untuk berpartisipasi dalam sebuah acara atau bakti sosial yang
diadakan, semuanya bersifat sukarela.
44.2 Teknik Validasi Data
Data yang kami peroleh untuk analisis sebagai landasan
teori dalam menganalisis dan membahas masalah lebih dalam diperoleh dari
buku-buku yang berkaitan dengan tema.
44.3 Analisis Data
Dari hasil wawancara dengan 3
responden dapat kita simpulkan bahwa ketiganya memililki motivasi awal untuk
beramal, membantu orang lain, dan terlibat dalam bakti sosial dalam mengikuti
Lions club dan Leo club ini. Namun kemudian ketiganya memiliki pengembangan
yang berbeda, ketika sudah terlibat dalam organisasi pengabdian masyarakat
tersebut, mereka merasakan mereka mendapat sesuatu yang ‘lain’ dari organisasi
tersebut. Mulai dari pengalaman, rasa kekeluargaan, kepemimpinan, hingga
kebahagiaan itu sendiri.
Sementara menurut teori Maslow,
hal-hal yang mendorong orang lain untuk bekerja atau terlibat dalam suatu
organisasi formal adalah pemenuhan kebutuhannya. Seorang individu akan terus
berusaha untuk emmenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi, sehingga ia akan
terus bekerja selama ia memiliki persepsi bahwa pekerjaan itu atau dengan
bekerja, akan memenuhi kebutuhannya tersebut. Dalam hal ini mereka terdorong
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu (basic needs)
Sementara di sisi lain, bergabung
dengan sebuah organisasi non-profit tidak dapat memeniuhi basic needs dari
individu, karena bekerja dalam sebuah organisasi non-profit, semua bersifat
sukarela dan tanpa bayaran. Namun, dengan bekerja atau bergabung dalam sebuah
organisasi non profit, mereka memenuhi metaneeds mereka, yaitu kebutuhan akan
pengembangan diri, seperti yang dikatakan oleh responden satu dan tiga di mana
mereka merasa dengan bergabung, mereka dapat mengoptimalisasikan kemampuan
mereka, serta memperoleh kemampuan-kemampuan lain seperti memimpin, seperti
yang dikatakan oleh responden satu.
Selain pengembangan diri, seperti
yang didefinisikan Maslow sebagai metaneeds, di antaranya adalah meaningfulness
dan goodness. Melalui organisasi non-profit ini, mereka dapat
menyalurkan keinginan mereka untuk berbuat baik, menolong sesama, sehingga
dalam hidup mereka, terpenuhi lah kebutuhan untuk merasakan diri sebagai
individu yang bermoral dan baik, serta memperoleh hidup yang lebih berarti dan
bahagia, seperti yang dikatakan oleh responden dua.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
sedikit perbedaan dari penerapan teori Maslow tersebut di antara organisasi
profit dan non-profit. Di mana organisasi profit dapat menerapkan motivasi
Maslow dari segi pemenuhan basic needs, sementara pada organisasi non-profit
seperti organisasi sosial, dapat menerapkan motivasi Maslow untuk memotivasi
anggotanya pada pemenuhan metaneeds. Namun pada dasarnya, teori motivasi Maslow
yang menyatakan bahwa setiap individu termotivasi atas dasar pemenuhan
kebutuhan dirinya yang masih belum terpenuhi, dapat diterapkan di kedua
organisasi tersebut, hanya berbeda jenis kebutuhan.
Bab 5
Penutup
55.1 Kesimpulan
Menurut hasil wawancara dan observasi, dapat kita simpulkan
bahwa yang memotivasi seorang individu untuk ikut berperan dalam sebuah
organisasi non-profit seperti organisasi sosial adalah kebutuhan akan pemenuhan
metaneeds mereka. Kebutuhan ini lebih berupa aktualisasi diri, di mana hal
tersebut berarti setiap individu perlu merasa bahwa diri mereka adalah pribadi
yang baik, pribadi yang luhur, dan kebutuhan akan pengembangan diri mereka.
Walaupun untuk memenuhi hal tersebut mereka harus mengorbankan sesuatu dari
diri mereka, seperti uang, tenaga atau waktu, dan kenyataan bahwa ikut
berpartisipasi dalam organisasi non-profit tidak memberikan individu tersebut
keuntungan materi, hal itu tidak lalu menjadi halangan bagi setiap individu
yang ingin mencapai suatu tahap aktualisasi diri. Hal ini juga membuktikan
bahwa manusia bukan saja sebagai homo economicus tapi juga homo
socius, di mana terkadang manusia tidak selalu mengutamakan materi, tapi
juga ketenangan dan kebahagiaan batin yang diperoleh dengan berinteraksi dan
menolong sesama.
Teori Maslow dapat diterapkan secara efektif pula pada
organisasi non-profit ini seperti layaknya diterapkan pada organisasi profit,
namun dengan jenis kebutuhan yang berbeda.
55.2 Saran
Jika Anda adalah salah satu pelaku dalam organisasi non-profit
dan ingin memotivasi anggota lain, Anda harus mengenal kebutuhan anggota
tersebut, sampai batas manakah ia berada, hingga Anda tahu apa yang harus Anda
lakukan agar dapat memotivasi individu tersebut.
55.3 Implikasi /
Penerapan
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh siapa saja dan
di mana saja, karena penelitian ini bersifat umum dan merupakan penelitian dari
fenomena yang terjadi sehari-hari.
BAB
6
DAFTAR PUSTAKA
Maslow, Abraham H. 1993. The
Farther Reaches of Human Nature. New York: Arkana.
Pace, R. Wayne, Don F. Faules. 2001. Komunikasi
Organisasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
http://choco-ocean.blogspot.com/2013/01/teori-motivasi-dan-penerapannya-dalam.html,
sabtu 29/09/2013
Posting Komentar