Usai pemilu legislatif yang
menurut quick count hanya mendapatkan 18 persen, kubu Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) kini seperti dilanda perpecahan. Pernyataan
demi pernyataan yang saling bertentangan keluar dari pejabat tinggi dan
bakal calon presiden dari partai berlambang kepala banteng itu.
Puan
Maharani, Ketua DPP PDIP, membantah pernyataan Jokowi. Bantahan ini
mengenai pernyataan Jokowi yang akan memimpin badan pemenangan (BP)
untuk Pemilihan Umum Presiden (Pilpres).
Menurut Puan, tidak
ada tim yang berbeda untuk BP Pilpres. Hanya saja ada perubahan mendasar
mengenai jumlah anggota dan cakupan operasinya. Sebab BP Pemilihan Umum
Legislatif (Pileg) menjadi satu dengan BP Pilpres.
"BP pemilu
Pileg akan menjadi atau meneruskan menjadi BP Pilpres dengan ditambah
dan diperluas strukturnya untuk melebur, bersinergi dengan
kekuatan-kekuatan yang nantinya akan disatukan dengan PDI Perjuangan,"
jelasnya usai melakukan rapat koordinasi partai di Rumah Megawati, Selasa 15 April 2014.
Sementara
itu, Guruh Soekarnoputra tak setuju dengan pencalonan Jokowi sebagai
presiden di Pilpres 2014. Menurutnya, Jokowi masih harus banyak belajar
sebelum memimpin Indonesia.
Guruh mengatakan, seorang presiden
harus memiliki wawasan yang luas. Selain itu, kata dia, capres juga
harus punya pengetahuan tentang dunia politik luar negeri.
"Pak
Jokowi itu masih harus perlu waktu banyak belajar apalagi presiden
wawasannya harus luas, tahu politik secara dalam dan mau enggak mau
harus dibawa ke alam dunia politik nasional atau internasional," ujar
Guruh di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 15 April 2014.
Guruh
menilai, jiwa Soekarno belum ada di dalam diri Jokowi. Bahkan menurut
dia, Jokowi belum matang sebagai calon pemimpin bangsa.
"Kami
penerus perjuangan Bung Karno memegang ajaran Bung Karno. Pak Jokowi
sudah sematang apa dalam hal ajaran Bung Karno? Ajaran Bung Karno
mengajarkan kita tentang ideologi NKRI," terang putra bungsu Bung Karno
itu.
Posting Komentar